Rabu, 09 Januari 2013

Kereta Ekonomi Jabodetabek

Assalamualaikum,

Beberapa hari yang lalu aku mendapatkan kesempatan untuk menaiki kuda besi alias kereta api ekonomi jurusan Serpong-Jakarta/Kota. Bukan dengan kesengajaan memang, rencananya memang pingin banget naik kereta buat cari suasana baru dan pemandangan baru. Karena kurangnya pengalaman dan minimnya pengetahuan mengenai perkeretaapian, dengan tergesa-gesa #efek penumpang lain jadi ikut-ikutan deh :p memesan tiket kereta api cuma bilang "Pa, tiket jurusan Kota ya, 2" sembari menyodorkan uang Lima puluh ribuan dengan ikutan tergesa-gesa si petugas tiket menyerahkan uang kembalian sembari bilang "keretanya udah dibawah ya, jalur 3".
Dengan berlari aku pun menuju jalur 3 yang letaknya disebelah kanan petugas pemeriksa tiket, dan yang terlihat disana adalah kereta berwarna kuning biru yang jadi khasnya kereta Indonesia, hanya ada kereta itu dan aku tergesa-gesa menaiki sembari clingak-clinguk cari tempat duduk yang kosong. Dengan menghela nafas panjang aku duduk sembari memperhatikan pemandangan sekitar, baru tersadar "O..o.. ini kereta apa apaan??? kotor amat?? Jendela sama Pintunya ga ada tutupnya???" dengan inisiatif aku cari tiket kereta yang tadi aku beli, tertera tulisan "KERETA EKONOMI Rp. 1500" lanjut cek kembalian beli tiket dan WAW ternyata bener aku naik kereta ekonomi Jabodetabek :D.

Semakin lama kereta semakin penuh, bukan sama penumpang tapi sama pedagang kaki lima yang menjual berbagai macam keperluan dari ujung kaki kaya kaos kaki sampai ujung rambut kaya jepitan dan sisir. Kereta pun melaju, Eits.. tenang naik kereta ekonomi dalam keadaan tidak penuh sesak dijamin ga akan kepanasan, kenapa??? karena jendela sama pintunya terbuka semua saat kereta melaju kencang angin dari luar otomatis masuk semua kedalam kereta, tapi ga kebayang ya kalau seandainya hujan deras yang ada petirnya cetar, membahana gitu pasti air hujannya nyipret-nyipret masuk kedalam kereta.

 kondisi kereta #maaf gambarnya agak goyang..

Aktivitas di kereta langsung terlihat ramai, suara bising mulai terdengar, aku yang tadinya menikmati pemandangan disekitar ku dengan senyumpun berubah dengan raut wajah yang cemas dan agak takut. Terlihat banyak sekali pedagang asongan yang menjajakan dagangannya sembari menyodorkan barang dagangan mereka untuk sebentar dilihat dan berharap banyak penumpang yang berminat membeli barang dagangan mereka. Tapi bukan hanya pedagang asongan yang mencari nafkah dikereta ekonomi, aku juga berkesempatan melihat profesi lain disana, ada seorang anak yang menyapu lantai kereta sembari membawa kantong bekas permen dan berharap ada penumpang yang memberinya uang atas pekerjaan yang dia lakukan. Ada bagusnya memang, kereta jadi tidak terlalu kotor berkat anak itu.

Kondisi Kereta Api Ekonomi
Ada satu hal yang membuat aku agak terenyuh, banyak pengamen di kereta ekonomi, tapi pengamen disini tidak biasa maaf tidak bermaksud menghina atau mencela atau apapun itu, banyak pengamen disini yang fisiknya tidak sempurna, bahkan semua pengamen disini tidak berfisik sempurna, ada yang tidak bisa melihat, tidak bisa berjalan, mereka semua tidak sempurna dan yang membuat aku miris, mereka tidak satu orang tapi banyak orang dan semua berjalan teratur pengamen yang satu selesai, pengamen yang lainnya datang dan itu berlangsung sampai kereta berhenti dipemberhentian terakhir yaitu Tanah Abang.

Pengamen yang tidak berfisik sempurna ini membuat aku terenyuh dan bersyukur dengan segala yang aku punya, mereka dengan keadaan yang seperti itu tetap semangat bekerja demi menghidupi keluarga mereka, mereka tidak bermalas-malasan mengandalkan belas kasihan orang lain.

Sesampainya di Tanah Abang aku bertanya pada petugas jaga disana, apakah aku harus membeli tiket atau tiket yang aku beli tadi adalah tiket terusan yang bisa aku gunakan kembali sampai di stasiun Kota. Ternyata aku tidak harus membeli tiket dan hanya perlu menunggu kereta ekonomi berikutnya. Setelah aku bertanya ternyata kereta ekonomi menuju Kota baru ada jam setengah 2, dan aku harus menunggu 1 jam setengah disana. Aku memutuskan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan Angkot 08 Jurusan Tanah Abang-Kota.

Perbedaan sangat terasa aku rasakan ketika angkot mulai berjalan dan bertemu  dengan kemacetan Jakarta. Perjalanan yang seharusnya bisa dilakukan tidak lebih dari setengah jam dengan naik kereta harus aku tempuh dengan waktu hampir 1 jam lebih. Diperjalanan aku banyak berfikir, kenapa tidak perkeretaapian di Jabodetabek saja yang diperbaiki dan dikembangkan sebagai Alat Transportasi Masal yang bisa digunakan sehari-hari.

Perjalanan dengan menggunakan kereta tidak perlu bermacet ria, namun sayang fasilitas Perkeretaapian Indonesia sangat tidak mendukung, dimana sarana dan prasarana sangat tidak memadai semua dapat kita lihat dari pengalaman ku menaiki kereta ekonomi minggu lalu. Dimana ketidaknyamanan sangat terasa disana. Seandainya pemerintah memperbaiki fasilitas perkeretaapian tentu pengguna kereta api akan lebih banyak, dan bisa mengurangi kemacetan di Jakarta. Jumlah gerbong kereta di perbanyak, fasilitas didalamnya lebih ditingkatkan. Menurut aku sebagai orang awam Kereta api dapat dijadikan salah satu alternatif yang dapat mengurangi kemacetan, tapi tentu saja dengan melakukan perbaikan fasilitas terlebih dahulu, dengan fasilitas yang baik yang dapat meningkatkan kenyamanan pengguna kereta api tentu dengan tarif lebih dari Rp 1.500 pun pengguna kereta tidak masalah.

Pulang berekreasi dan mengambil beberapa gambar di Kota Tua aku pulang dengan kereta api, tapi dengan hati2 aku mencermati loket tiket ketika akan membeli tiket di Stasiun Kota, aku memilih naik Kereta api Comuter Line Jurusan Kota-Serpong. Tak perlu lama menunggu kereta yang akan mengantar kami sudah ada di Jalur 2. Fasilitas Kereta Comuter Line seharga Rp 8000 tentu lebih baik dari kereta ekonomi yang aku naiki pada saat keberangkatan. Pendingin ruangan di Kereta ini lebih terasa, fasilitas tempat duduk dan kebersihan pun jauh lebih baik ketimbang kereta ekonomi. Tapi kenyamanan itu tidak berlangsung lama, sesampainya di Stasiun Kampung Bandan aku harus mengganti kereta kembali. Aku harus menunggu lama kereta yang akan membawa ku ke stasiun serpong. Kondisi berbeda mulai aku rasakan ketika menaiki kereta menuju serpong yang ternyata hanya sampai Tanah Abang dan aku harus kembali mengganti Kereta disana, meskipun fasiltas kereta nyaman tapi kondisinya didalam kereta sangat berdesakan, aku berfikir mungkin jika ada tambahan gerbong kondisi ini tidak akan terjadi.

Sesampainya di Stasiun Tanah Abang, aku kembali berganti kereta menuju Stasiun Serpong kondisi berdesakan lagi-lagi aku rasakan, aku sampai harus berdiri lama sampai tujuan akhir. 
Dengan menambah gerbong tentu penumpang akan lebih tertampung didalam kereta, tidak perlu berdesakan dan himpit-himpitan didalam kereta.

Demikian pengalaman ku menggunakan kereta api jabodetabek. Semoga bermanfaat :)






Tidak ada komentar: