Sore itu, seperti biasa sehabis bergulat dengan kerjaan dikantor saya bergegas pulang kerumah, kadang saya pulang naik mobil bersama babeh ku tersayang, kadang naik motor sendiri dan sore itu saya memutuskan untuk naik bis..
Setelah beberapa menit menunggu didepan kantor akhirnya bis yang saya tunggu datang juga, bis  
 dengan nomor 213 
  jurusan Senen-Grogol..
Saya naik dan kemudian turun di bawah halte busway Tosari Sudirman untuk 
kemudian melanjutkan naik bus jurusan Ciledug-Senen.. Hari itu adalah 
hari pertama aku mencoba menunggu bis ditempat itu..
Semakin sore, matahari pun bergantikan bulan yang sejak tadi pun 
memang gelap karena mendung, tapi bis yang saya tunggu masih belum 
nampak..
Perut saya terasa lapar akhirnya saya membeli otak-otak makanan yang merupakan salah satu kegemaran saya, sembari 
bertanya kepada abangnya untuk memastikan apakah bis tersebut memang 
lewat jalan ini.. Saya memilih untuk sabar menunggu..
Otak-otak yang saya beli sudah habis, kaki saya mulai terasa 
pegal berdiri, bahu pun mulai terasa nyeri menggendong tas berisikan 
laptop yang cukup berat, gerimis pun mulai turun. Dan akhirnya sabar saya
 pun berujung dengan datangnya bis yang sedari tadi saya tunggu.
Ternyata bukan hanya saya, orang-orang yang tadi banyak 
disekeliling saya pun ternyata banyak yang menunggu bis yang sama dengan
 saya, suasana didalam bis sangat berdesakan begitu banyaknya penumpang 
memaksa saya untuk kembali memilih kata sabar untuk berdiri berdesakan 
didalamnya..
Kembali saya harus berdiri, berdesakan dengan penumpang yang 
lain, risih karena tidak ada suatu penghalang apapun yang membatasi 
antara pria dan wanita didalamnya. Hujan turun cukup deras, membuat keadaan jakarta makin semrawut. 
Jalan sudirman yang terkenal dengan macetnya akhirnya bertambah 
acak-acakan dengan keegoisan pengendara motor dan bis yang berebut 
jalan.
Dijakarta tidak ada yang namanya solidaritas antar penumpang 
laki-laki dan perempuan, penumpang laki-laki seperti tidak punya 
perasaan terhadap penumpang perempuan, mereka akan pura-pura tidur atau 
tidak tahu meskipun didepannya berdiri seorang perempuan. Mungkin hanya 2
 dari 10 laki-laki yang berjiwa sosial tinggi diJakarta.
Huaaahh.. Perjalanan saat itu terasa sangat melelahkan dan memakan banyak waktu..
Rasanya ingin menangis, ingin marah kenapa harus seperti ini???? 
rasanya saya ingin marah, begitu sulitkah mencari rezeki hingga saya 
harus seperti ini.. Air mata pun tertahan tapi rasanya tangisan dalam 
hati tak bisa diajak kompromi..
Sembari saya berfikir dengan mencaci keadaan, saya melihat keadaan
 sekitar saya, Heeiii.. Saya tersadar, saya tidak sendiri disini.. Saya 
bersama orang-orang lain yang punya tujuan sama dengan saya yaitu pulang
 untuk melihat keluarga, saya melihat keadaan diluar saya tidak 
kehujanan sedangkan pengendara motor dan pejalan kaki diluar sana??? 
Berlari-lari dan berlomba-lomba dibawah guyuran hujan deras.. Lagi-lagi 
saya memilih kata sabar, dan ternyata kata itu sangat ampuh hati saya 
mulai menerima keadaan dan terobati dengan kata sabar, saya mencoba 
menikmati keadaan itu, saya mulai memperhatikan orang-orang disekitar 
saya, ada yang terlelap tidur, ada yang asik dengan smart phone mereka, 
ada yang mendengarkan musik dan bernyanyi sayup2, saya mulai menikmati 
perjalanan panjang ini :)
Akhirnya setelah beberapa penumpang turun saya bisa duduk di 
bangku penumpang bis.. Hemm.. Rasanya begitu nyaman.. :) hujan pun sudah 
mulai reda kendaraan mulai bisa berjalan dengan lancar,, saya melihat 
jam di hp ternyata sudah jam 8 padahal saya jam 5 dari kantor, terlihat 
ada beberapa sms dan misscall di hp karena memang saat berdiri tadi saya
 sama sekali tidak bisa bergerak meskipun hanya mengambil hp.
Sesampainya di ciledug, saya menunggu taksi untuk bisa sampai rumah..
Perut mulai terasa lapar, tapi saya kembali memilih kata sabar 
untuk menahannya, terbayang masakan mama dirumah yang pasti sudah mama 
siapkan untuk saya santap nanti..
Jam menunjukan pukul setengah 9 taksi yang ditunggu belum datang 
juga, sebenarnya saya bisa naik ojek, tapi saya berfikir toh ongkos naik
 ojek dan taksi pun sama, kenyamanan dan kemanan tentunya lebih pada 
taksi. Saya putuskan untuk kembali memilih kata sabar :)
Taksi yang ditunggu datang, sopir taksi dengan ramah menyapa dan 
menanyakan tujuan saya, segera saya beritahu alamat rumah dan saya 
menikmati perjalanan sambil berfikir dan merenung tentang perjalanan 
panjang yang baru saja saya lalui, ternyata kata sabar mampu menguatkan 
segalanya :)
tak sampai setengah jam saya sudah tiba dirumah :) mama dan adik- 
adik pun sudah menunggu didepan rumah, senyum mereka dan cara mereka 
menyambut, melunturkan semua rasa lelah yang ada pada diri ini.
dan kesabaran ku pun berbuah manis :)  
"Sabar ada batasnya" kata-kata itu sering terucap saat seseorang sedang
marah, tapi bagi saya kata-kata itu kurang tepat. Sabar adalah pilihan, dimana kita memilih untuk tetap sabar atau memilih untuk berhenti untuk sabar. Saat kita memilih untuk berhenti sabar disaat itulah kita merasa sabar itu terbatas, padahal sabar itu tidak terbatas, saat kita memilih untuk tetap memilih kata sabar sebagai penguat kita..
:)
Wassalam..
Murniyati ningsih

Tidak ada komentar:
Posting Komentar